Ads 468x60px

Rabu, 09 Mei 2012

Siap Dibunuh!



Pembicaraan antara seorang politisi, asisten pribadi (Aspri) dan supirnya (Supri) di dalam sebuah sedan 2000 cc yang bergerak dengan kecepatan 100 km/jam.

Politisi: “Jadi bagaimana mas Aspri dan mas Supri? Apa masih mau kerja sama saya dengan resiko tinggi seperti ini?”

Aspri & Supri: “Maksudnya Pak?”

P: “Seperti yg pernah saya bilang. Musuh saya banyak. Saya jadi target operasi dari banyak pihak. Sewaktu-waktu saya bisa dibunuh. Antara lain mungkin saja ada yg tiba2 menembak saya sekarang ini.”

A: “Maksud Bapak menembak mobil ini?”

P: “Iya. Kalau bukan saya yg kena, kan bisa saja pelurunya nyasar ke sampeyan.”

S: “Bener juga ya Pak.”

A: “Kenapa kita enggak pake mobil anti peluru aja ya Pak? Atau masing2 kita pake rompi anti peluru.”

P: “Wah, mas Aspri.., jaman sekarang mah membunuh orang itu banyak sekali caranya. Bisa dengan cara ditembak. Bisa dengan rekayasa kecelakaan. Atau diracun di pesawat terbang.”

A: “Diracun? Seperti Munir?”

S: “Munir iku sopo?”

A: “Itu pejuang HAM mas Supri. HAM itu Hak Asasi Manusia. Ngerti ora?”

*hening sejenak*

P: “Jadi saya pikir pakai mobil anti peluru atau tidak, sama saja. Kalau ajal udah sampai ya akan mati juga. Tapi kalau belum ada suratan takdir ya enggak mati-mati tho.”

S: “Iya ya Pak, ajal ditentukan Gusti Allah. Bukan di tangan penjahat.”

P: “Daripada menyiapkan rompi atau mobil anti peluru saya sarankan mas Aspri dan mas Supri siapkan tiga hal saja.”

A & S: “Apa tuh Pak?”

P: “Pertama, kita beresin hutang-hutang kita. Kalau sudah punya uang, dilunasin saja semua. Tapi kalau belum, coba dikasih tahu ke anak-istri ahli waris kita, bahwa kita punya hutang sama si anu dan si anu. Nanti kalau saya mati tolong dilunasi dari harta warisan saya. Begitu…”

S: “Lho? Bapak punya utang juga.”

A: “Hussh, yaa punyalah. Tapi disiplin bayarnya. Enggak kayak kamu.…”

P: “Kedua, ingat-ingat apa ada orang yg pernah kita sakiti. Kalau ada, kita minta maaf deh cepat-cepat. Kalau belum bisa di-silaturahim-i langsung, ya lewat telepon saja dulu atau sms atau email.”

S: “Wah, saya enggak punya email Pak. Mbo’ ya dibeli-in email.”

A: “Mas Supri gimana ini sih?! Kok minta dibeli-in email? Email itu dibikin bukan dibeli. Entar saya bikinin deh.”

S: ???!&%*? *tidak paham sehingga agak pusing*

P: “Nah, yang ketiga, saya sudah bikin surat wasiat. Sehingga ketika saya meninggal nanti, keluarga saya clear atas pembagian harta saya selain pembagian yang telah ditentukan oleh hukum waris.”

P: “Tentu saja ketiga hal itu kita siapkan sesudah kita yakin betul bahwa kita sudah menjalankan kewajiban2 kita dengan baik. Seperti sholat, zakat, puasa dan lain-lainnya. Selain hutang uang, hutang-hutang ibadah juga mesti kita nol-kan dulu.”

A: “Wah iya ya Pak. Betul juga. Alhamdulillah, saya dapat pencerahan nih hari ini.”

S: “… Pak, ngomong-ngomong, Bapak itu anggota DPR atau ustadz sih?”

P: “Oh, saya tugas rangkap mas Supri. Emang enggak boleh mas Supri ;-)…?”

Mobil terus bergerak dengan kecepatan yang semakin tinggi…, 110 km/jam, 120 km/jam, 130 km/jam…

Jakarta, 8 Mei 2012
mtz

NB: terinspirasi dari nasihat seorang politisi PKS

0 komentar:

Posting Komentar