Ads 468x60px

Senin, 07 Mei 2012

ALLAH yang Cemburu...


Ketika seorang anak Adam sudah sangat menggantungkan dirinya pada makhluq, maka pada saat itu, Allah sebagai Sang Khaliq akan mencemburuinya. Caranya adalah dengan teguran2 pada ybs, dari yang halus sampai keras. Yang halus, misalnya aliran rizqinya tiba2 menjadi seret atau stagnan dan bahkan menurun. Yang keras misalnya musibah yang datang menimpa. Entah berupa keluarga (anak, istri, orang-tua) yang sakit keras atau dirinya sendiri yang mendapat kecelakaan berat.

Karena, bukankah seharusnya tempat menggantungkan diri, tempat memohon perlindungan, tempat meminta rizqi, tempat meminta keselamatan, kesejahteraan, kesehatan dan lain-lainnya hanyalah ALLAH semata? Maka mengapa kita alihkan sifat-sifat Rubbubiyah Allah swt tersebut kepada makhluq?

"Fa idza azamta fa tawakkal alaLlah, innalLaha yuhibbul mutawakkilin" (Ali Imran: 159)
(Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad maka bertawakkallah pada Allah, sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertawakkal)

Begitu yang diperintahkan Allah. Silakan manusia membulatkan tekad (ber-azam) dengan berupaya semaksimal mungkin untuk menggapai tujuan2 hidupnya. Akan tetapi setelah itu, jangan lupa untuk menyerahkan hasilnya, menggantungkan harapannya dengan bertawakkal hanya kepada Allah SWT semata. Apapun hasil dari usaha kita adalah kehendak dari Allah SWT dan kita harus menerimanya dengan ikhlash karena itu adalah yang terbaik bagi kita.

Maka bersyukurlah manakala Allah swt mencemburui kita. Bayangkan kalau Allah tidak cemburu, tidak mengirimkan "teguran-teguran" ketika kita salah dalam melangkah. Maka langkah-langkah kita akan semakin salah dan semakin terjerembab dalam dosa dan maksiat.

Seperti juga dalam hubungan antar manusia, cemburu adalah tanda cinta. Kalau seorang istri/suami sudah tidak ada rasa cemburu pada pasangannya, bukankah artinya ia sudah tidak cinta lagi pada kekasihnya itu? Demikian juga kalau Allah sudah tidak cemburu lagi pada kita, maka artinya Allah tidak lagi mencintai kita. Betapa menyengsarakannya...

Lenyapnya kecemburuan Allah terhadap kita adalah mungkin terjadi. Yaitu ketika manusia sudah bebal, sudah tidak bisa lagi menangkap pesan-pesan Ilahiyah. Ketika itu justru Allah akan membiarkannya jatuh dalam kemaksiatan dan mereguk sebanyak-banyaknya kenikmatan dunia (diistilahkan dengan "istidroj"), sampai suatu ketika azab Allah menimpanya dalam suatu volume kumulatif yang jumlahnya sudah luar biasa besar. Naudzubillah min dzalik.

Semoga kita tetap dicemburui Allah, dan tetap sensitif terhadap "pesan-pesan" kecemburuan Ilahiyah tersebut.

Jakarta, 7 Mei 2012

0 komentar:

Posting Komentar