Setiap kali saya memakai peci putih, selalu saja para satpam Bank, penjaga toko, pramuniaga, pramugari, dan lain sebagainya menyapa saya dengan sebutan “Pak Haji”. Ya benar, Alhamdulillah, saya pernah menunaikan rukun Islam yang kelima itu. Tapi itu sudah lama sekali, dan saya kan tidak mengumumkannya pada mereka? Tapi kalau saya mencopot peci putih saya, maka orang-orang tidak lagi memanggil saya dengan “Pak Haji” . Walaupun saya sudah pernah haji.
Teman saya kalau naik pesawat terbang tidak mau memakai
peci, apalagi peci putih.
“Merugikan”, katanya.
“Emang kenapa, Bro?”
“Kalau ane pake peci, nanti pramugari segan untuk ngajak
becanda”, jawabnya.
Hehehe, padahal tidak begitu juga. Pramugari yang
menjalankan SOP (Standard Operation Procedure) dengan benar pasti akan
memperlakukan para penumpang dengan setara. Baik yang berpeci haji, peci hitam,
topi cowboy, blangkon atau yang tidak bertopi.
Sebenarnya kalau dipikir-pikir, justru lebih “menguntungkan”
memakai peci haji. Karena seperti itu tadi…, aura kita di hadapan orang jadi
berbeda. Jadi lebih religious. Selain mereka biasanya akan menyapa dengan
sebutan “Pak Haji”, mereka juga tidak akan berani macam-macam dengan kita. Para
gadis akan segan bergenit-genit di hadapan kita. Polisi lalu lintas berlaku
lebih sopan. Marketer kartu kredit dan asuransi juga berkurang agresivitasnya.
Dan yang paling menguntungkan adalah: kita sering didoakan oleh orang-orang di
sekitar kita dengan doa “Assalamu’alaikum Pak Haji!”
Jakarta, 23 April 2012
mtz
1 komentar:
kok topinya bro? aura itu karena ketaatan kita kepada Alloh bukan busana yang kita sandang.
untung apanya? fisik, syariat? lah hakikatnya?
Posting Komentar