Ads 468x60px

Senin, 07 Desember 2015

Mengapa Susah Menghafal Qur'an

Kadang atau bahkan sering para penghafal Qur'an putus asa, manakala ada ayat atau surat yg sulit sekali dihafalnya. Atau ketika ayat2 Al Qur'an yg sudah dihafal susah payah, hilang lenyap sekejap hanya dalam hitungan jam atau hari.



Perlu kita ingat selalu bahwa yg menjadikan manusia hafal Qur'an adalah Allah swt. Allahlah yg menitipkan Kalam-Nya ke dalam dada kita untuk menjadi penjaga (hafidz) Qur'an.

Maka satu2nya obat putus asa ketika Qur'an susah "nempel" di hati kita adalah memintanya langsung pada Sang Pemilik Al-Qur'an yaitu Allah subhanahu wa ta'ala. Berdoa langsung kepada Nya.

Ternyata Allah swt tidak menitipkan (hafalan) Qur'an pada sembarang orang. Hanya sedikit manusia yg memiliki titipan 30 juz dan terjaga dengan baik. Sebagiannya hanya mampu dititipi 20 juz, yg lain 15 juz, 10 juz, 1 juz dst. Bahkan ada manusia2 yg hatinya kosong dari hafalan Qur'an. Seakan-akan Allah tidak sudi menitipkan kalam-Nya pada manusia tsb. Naudzubillah min dzalik.

Jadi yang dapat kita lakukan adalah berdoa terus agar Allah mau menitipkan hafalan Qur'an pada hati kita. Kita berdoa ketika memulai hafalan agar Allah memberi kemudahan. Kita berdoa ketika mengulang hafalan agar Allah memberi kekuatan ingatan.

Dan yang paling penting adalah kita benar2 harus menjaga diri agar pantas dan berhak untuk menjadi salah seorang dari para Penjaga Wahyu itu. Yaitu dengan terus menerus memperbaiki diri meningkatkan iman dan amal sholeh dan benar2 menjaga diri dari melakukan perbuatan dosa dan maksiat...

 Allahumma yaa Allah... mudahkanlah kami menghafal Qur'an, mudahkanlah kami dalam memahaminya dan dalam mengamalkannya...

Kamis, 29 Oktober 2015

Nyanyian dan Musik

Di antara hiburan yang dapat menyenangkan jiwa, menyegarkan hati, dan mengenakkan telinga adalah nyanyian.

Islam memperbolehkan nyanyian selama tidak bermuatan kekejian, perkataan kotor, atau ajakan perbuatan dosa. Juga tidak berdosa jika dibarengi dengan musik yang tidak membangkitkan nafsu.

Bahkan, disunnahkan dalam acara-acara kegembiraan, sebagai ekspresi kegembiraan dan menghibur hati. Misalnya pada hari-hari raya, perkawinan, kedatangan orang hilang, pada saat walimah, akikah, dan kelahiran.



Diriwayatkan oleh Bukhari dari Aisyah bahwa dia menikahkan seorang wanita dengan seorang laki-laki dari Anshar. Lalu, Nabi saw berkata, ‘’Wahai Aisyah, apakah mereka diiringi dengan hiburan? Karena orang-orang Anshar menyukai hiburan!’’

Diriwayatkan Ibnu Majah dari Ibnu Abbas bahwa Aisyah menikahkan seorang wanita kerabatnya dari Anshar.

Lalu, Rasulullah datang dan berkata,‘’Apakah kamu memberikan hadiah kepada anak gadis itu?’’

Mereka berkata, ‘’Ya‘’

Rasulullah berkata, ‘’Apakah kamu mengirimkan bersamanya orang yang menyanyi?’’

Aisyah berkata,’’Tidak ‘’

Lalu Rasulullah berkata, ‘’Sesungguhnya orang-orang Anshar adalah kaum yang menyukai hiburan, maka alangkah baiknya kalau kamu kirimkan bersamanya orang yang bernyanyi, ‘Atainakum, atainakum, fahayyana wahayyakum (Kami datang, kami datang, sambutlah kami, lalu anda kami sambut).’ ‘’

Diriwayatkan mutaffaq alaih dari Aisyah bahwa Abu Bakar masuk ketempatnya, dan di sampingnya ada dua anak wanita pada hari Mina (hari raya Idul Adha). Kedua anak wanita itu bernyanyi dan menabuh gendang., sedangkan Nabi menutup wajah dengan bajunya. Lalu, Abu Bakar melarang keduanya. Maka, Nabi membuka wajahnya dan berkata, ‘’Biarkan mereka wahai Abu Bakar, karena hari ini adalah Hari Raya’’

Imam al-Ghazali menuturkan dalam kitab Ihya Ulumuddin beberapa hadits tentang nyanyian dua anak wanita tersebut, permainan orang-orang Habasyah di masjid Nabi, dan dorongan Nabi kepada mereka dengan perkataannya, ‘’Teruskan olehmu wahai Bani Arfidah.’’ Dan, perkataan Nabi kepada Aisyah, ‘’Apakah kamu ingin melihat permainan ini?’’ Beliau berdiri bersama Aisyah sehingga Aisyah bosan dan puas. Maka, Aisyah bermain anak-anakkan bersama anak-anak wanita teman-temannya.

Kemudian al-Ghazali mengatakan bahwa hadis-hadits ini semuanya ada dalam Shahihain (Shahih Bukhari dan Muslim) dan itu adalah nash yang jelas bahwa nyanyian bukanlah hal yang haram. Hadits-hadits itu menunjukkan adanya kemurahan (dispensasi) untuk beberapa hal.

Pertama. Bermain, dan tidak diragukan bahwa kebiasaan orang-orang Habasyah adalah menari dan bermain.

Kedua. Permainan boleh dilakukan di masjid.

Ketiga. Perkataan Nabi saw., ‘’Teruskan wahai Bani Arfidah’’, ini adalah perintah supaya bermain dan menekuninya. Oleh karena itu, bagaimana mungkin dikatakan bahwa permainan itu dianggap haram?

Keempat. Larangan Rasulullah kepada Abu Bakar dan Umar supaya tidak mengingkari permainan itu, tidak menyelanya, dan tidak mengubahnya. Beliau menyampaikan alasan bahwa hari itu adalah hari raya, maksudnya pada saat bersenang-senang, dan ini adalah termasuk sarana kegembiraan.

Kelima. Beliau berdiri lama dalam menyaksikan permainan dan mendengarkannya, karena menuruti keinginan Aisyah. Ini menunjukkan adanya Akhlak yang baik. Yaitu, menyenangkan hati istri dan anak-anak dengan menyaksikan permainan. Itu lebih baik daripada bersifat kaku, zuhud, dan berlabih-lebihan dalam melarang.

Keenam. Perkataan beliau kepada Aisyah dimulai dengan pertanyaan, ‘’Apakan kamu ingin melihat permainan ini?’’

Ketujuh. Diperbolehkan untuk memyanyi dan memukul rebana dari dua gadis itu seperti dikatakan Imam al-Ghazali dalam bab As-Sima’mendengarkan’.

Diriwayatkan dari beberapa orang sahabat dan tabi’in bahwa mereka juga mendengar nyanyian dan tidak menganggapnya sebagai perbuatan dosa.

Adapun hadits-hadits Nabi yang melarang nyanyian, semuanya ada cacatnya, tidak ada satupun yang lepas dari celaan dari kalangan ahli hadits dan ulamanya. Al-Qadhi Abu Bakar Ibnu Arabi berkata, “Tidak ada satupun hadits yang sahih dalam mengharamkan nyanyian.’’

Ibnu Hazm berkata, ‘’Semua riwayat yang mengharamkannya adalah batil dan palsu.’’

Banyak sekali nyanyian yang disertai musik dan perbuatan berlebih-lebihan, minum-minuman khamar, dan perbuatan-perbuatan haram lainnya. Senhingga, banyak ulama menganggap bahwa nyanian dan musik hukumnya haram atau makruh.

Sebagian mereka mengatakan bahwa nyanyian termasuk lahwul hadits ‘perkataan yang sia-sia’ yang tersebut dalam firman Allah,


‘’Dan diantara manusia (ada) orang yang mempergunakan perkataan yang tidak berguna untuk menyesatkan (manusia) dari jalan Allah tanpa pengetahuian dan menjadikan jalan Allah itu olok-olokan. Mereka itu akan memperoleh azab yang menghinakan.’’ (Luqman:6)

Ibnu Hazm berkata, ‘’Ayat tersebut menyebutkan suatu sifat yang apabila dilakukan menyebabkan pelakunya menjadi kafir dengan tidak ada perselisihan pendapat, yaitu apabila dia menjadikan jalan Allah sebagai olok-olokan. Kalau seseorang membeli mushaf Al-Qur’an untuk menyesatkan manusia dari jalan Allah dan menjadikannya sebagai bahan olok-olokan, maka dia kafir. Inilah yang dicela Allah Azza wa Jalla. Tetapi, Allah tidak mencela orang yang membeli ‘’Lahwal hadits’’ untuk hiburan dan mengembirakan hati, bukan dipergunakan untuk menyesatkan manusia dari jalan Allah.”

Ibnu Hazm juga membantah pendapat orang yang mengatakan bahwa nyanyian tidak termasuk kebenaran, sehingga termasuk kesesatan sebagaimana firman Allah,


‘’...Maka tidak ada sesudah kebenaran itu, melainkan kesesatan....’’ (Yunus:32)

Dalam menolak pendapat ini Ibnu Hazm mengatakan bahwa Rasulullah telah bersabda
‘’Sesungguhnya amalan-amalan itu tergantung pada niatnya , dan setiap orang hanya akan mendapat apa yang dia niatkan.’’ (Muttafaq alaih)

Dengan demikian, Menurut Ibnu Hazm, barang siapa mendengarkan nyanyian dengan maksud untuk membantu melakukan maksiat kepada Allah, maka dia fasik. Demikian pula terhadap segala sesuatu selain nyanyian. Jika dia berniat untuk menghibur hatinya sebagai bekal kekuatan dalam taat kepada Allah Azza wa Jalla dan lebih semangat dalam melakukan kebaikan, maka ia adalah orang yang ta'at dan baik serta perbuatannya ini adalah kebenaran. Barangsiapa mendengarkan nyanyian dan sebagainya tanpa maksud untuk melakukan keta’atan atau kemaksiatan, maka tindakannya itu merupakan perbuatan sia-sia yang di maafkan, seperti seseorang pergi ke kebun untuk santai, duduk di depan pintu rumah untuk melepas suntuk, dan seperti orang mewarnai bajunya dengan warna ungu, hijau, dan sebagainya.

Akan tetapi dalam masalah nyanyian ini ada beberapa ketentuan yang harus kita jaga.

1.    Syair nyanyian tidak bertentangan dengan adab dan ajaran Islam. Apabila terdapat nyanyian yang isinya hanya memuji-muji khamar, atau mengajak orang utuk meminumnya, maka melaksanakan dan mendengarkan nyanyian seperti ini dan sejenisnya adalah haram.

2.    Terkadang syairnya tidak bertentangan dengan ajaran Islam, tetapi cara penampilan penyanyi mengalihkan dari hukum halal kepada hukum haram. Misalnya, dengan membuka-buka aurat, melenggak-lenggok dan sengaja membangkitkan nafsu dan mengundang fitnah dan syahwat.

3.    Kalau agama memberantas sikap dan tindakan yang berlebihan dalam segala hal termasuk dalam masalah ibadah, maka begaimana kalau berlebihan dalam bermain-main, membuang-buang waktu untuknya, sedangkan waktu adalah kehidupan?! Tidak diragukan lagi bahwa berlebihan dalam hal-hal mubah akan memakan waktu kewajiban. Sehingga, ada pepatah mengatakan, ‘’Aku tidak melihat suatu tindakan berlebihan kecuali ada hak yang hilang.’’

4.    Ada beberapa hal yang dapat digunakan para pendengar untuk menasehati dirinya sendiri. Apabila nyanyian atau semacamnya dapat membangkitkan nafsu dan dapat menimbulkan fitnah dan unsur kebinatangannya lebih dominan daripada unsur kerohaniannya, maka hendaklah dia menjauhinya dan menutup pintu tempat bertiupnya angin fitnah terhadap hati, agama, dan akhlaknya. Dengan demikian, dia dapat tenang dan lega.

5.    Dan termasuk hal yang disepakati bahwa nyanyian yang dibarengi dengan hal-hal lain yang haram, seperti di tempat yang disertai minuman keras, dicampur dengan perbuatan keji dan dosa, maka hal inilah yang diancam oleh Rasulullah bahwa pelaku dan pendengarnya akan mendapat azab yang pedih sebagaimana sabda beliau dalam hadits riwayat Ibnu Majah, ‘’Sungguh akan ada dari umatku orang-orang yang meminum khamr dan diperdengarkannya musik-musik dan penyanyi-penyanyi wanita. Maka, Allah akan menenggelam kan mereka ke dalam bumi dan akan menjadikan mereka kera-kera dan babi-babi.’’

Bukan suatu keharusan kalau mereka diubah bentuk dan rupanya. Tetapi yang diubah ialah jiwa dan ruhnya. Sehingga, bentuk mereka tetap manusia, tetapi jiwanya seperti jiwa kera dan ruhnya seperti ruh babi.


(DR Yusuf Al-Qaradhawi dalam buku “Halal Haram dalam Islam”)

Minggu, 11 Oktober 2015

Lady Gaga Masuk Desa

Penerbangan dari Denpasar menuju Bima hanya bisa menggunakan pesawat kecil. Merpati menyediakan pesawat dengnan 14 baris kursi. Masing2 baris terdiri dari 4 seats. Jadi kapasitas pesawat komersil kecil tersebut adalah 56 kursi, mirip dengan bus pariwisata yang sering saya carter Jakarta - Puncak.

Pesawat baling-baling itu akan menerbangi Selat Lombok (antara Pulau Bali dan Pulau Lombok) dan Selat Alas (antara Pulau Lombok dengan Pulau Sumbawa). Kemudian pesawat terus "berlayar" sampai ke ujung Timur Pulau Sumbawa yaitu kota Bima.

Kita mendarat di Bandara Bima yang bernama Bandar Muhammad Salahudin. Bandaranya kecil saja sebagaimana bandara-bandara kota kecil di tanah air. Terlihat beberapa turis bule yang sama2 terbang dari Bali dengan membawa papan selancar yang besar2. Kelihatannya di Bima ada pantai yang bagus untuk berselancar nih...

Tempat pesta walimahan Ustadz Alamsyah bukan di kota tetapi di desa yang cukup jauh dari kota Bima. Sebenarnya jarak tempuh dari kota ke desa Rupe tempat walimahan bisa ditempuh dalam satu jam. Tetapi - atas kehendak Allah - malam sebelumnya ternyata terjadi banjir besar di Bima, konon banjir paling besar yang pernah terjadi di kota itu. Sehingga ada jembatan vital yang menghubungkan kota Bima dengan desa-desa di Kabupaten Bima yang hancur. Terpaksa perjalanan dari kota ke desa harus melewati jalan "bawah" yang lebih jauh. Waktu tempuhnya jadi dua setengah jam. Tetapi kondisi jalannya relatif bagus dengan melewati lembah pegunungan pada awalnya untuk kemudian menyusuri pantai pada akhirnya.

Pemandangannya? Jangan ditanya! Bagi "orang kota" kayak saya (sok orang kota nih) ada lokasi-lokasi yang benar-benar seperti surga. Salah satunya adalah ketika kita melewati lembah yang isinya adalah sawah luas yang menghijau. Kami seperti berada di dalam mangkuk raksasa. Pinggir "mangkuk"nya adalah pegunungan dan perbukitan, tetapi dasar mangkuk itu adalah dataran melandai yang diisi dengan sawah yang subur menghijau. Sementara hasil-hasil kebun ditarik dengan kereta kuda tampak di beberapa tempat. Subhanallah! Rasanya saya ingin melompat ke luar mobil dan tinggal di situ berlama-lama.

Ketika meyusuri pantainya pemandangan juga lumayan indah, tetapi tidak secantik pantai-pantai di Sulawesi. Apalagi karena jalan yang dekat pantai banyak yang rusak atau memang belum jadi jalan. Masih jalan sirtu (pasir batu) yang bikin ban mobil jadi tersiksa.

Di kanan kiri jalan sepanjangan perjalanan mulai banyak terlihat rumah-rumah panggung. Juga tampak kehidupan masyarakat Bima dengan pasar, sekolah, deretan rumah-rumah dan mesjid. Beberapa mesjid tampak dalam "pembangunan" yang artinya hanya terlihat tiang-tiang dan tembok-tembok setengah jadi.


Sabtu, 25 Juli 2015

BERSYUKUR

Ni'mat paling besar bagi manusia adalah ni'mat Hidayah Islam dan Iman. Sebab seorang manusia yg mati dalam keadaan muslim maka ia dijamin masuk surga (walaupun mungkin mampir ke neraka dulu). Artinya sejarah hidupnya akan happy ending di suatu kehidupan yg sesungguhnya. Yaitu hidup yg abadi di surga forever!

Itu adalah ni'mat yg harus paling kita syukuri. Sehingga hal2 yg menaikkan keimanan dan keislaman, harus selalu kita syukuri. Misalnya kesempatan untuk bisa berpuasa di bulan Ramadhan. Kesempatan beribadah sholat wajib, tarawih, qiyamulail, tilawah, shodaqoh, i'tikaf, silaturahim..., itu semua adalah ibadah yg akan meninggikan iman kita. Bersyukurlah karena Allah swt memberikan kesempatan pada kita untuk melakukan semua itu dalam keadaan aman, lancar dan tenteram. Kalau perlu, kita harus banyak2 bersujud syukur untuk hal itu.



Jangan kita cuma bersyukur ketika mendapat hal2 yg bersifat material. Seperti jika beli mobil baru, kita sujud syukur. Rumah baru, sujud syukur. Bahkan calon2 penyanyi banyak yg bersujud syukur ketika menang kontes dangdut di televisi. Padahal mobil baru, rumah baru, apalagi profesi baru sebagai penyanyi dangdut, justru lebih berpotensi menjauhkan kita dari ibadah, dari Islam, dari Iman. Menjauhkan kita dari keni'matan hakiki.

Ada juga orang2 yg salah kaprah dalam mengungkapkan rasa syukurnya. Pedagang2 di penghujung Ramadhan biasanya akan berkata, "Alhamdulillah, saya bersyukur sekali dagangan saya laris manis di sepuluh hari terakhir Ramadhan ini. Memang Ramadhan kali ini sangat 'berkah' bagi saya!"
Padahal dengan kesibukannya berdagang, ia jadi tidak sempat utk ibadah di 10 malam terakhir Ramadhan. Tidak sempat i'tikaf, tidak sempat tarawih. Jadi sebenarnya Ramadhan dia itu 'berkah' atau 'musibah' kah? Bukankah dengan menyia2-kan ibadah i'tikaf artinya dia akan sangat rugi karena kehilangan kesempatan mendapatkan malam qodar? Sungguh suatu rasa syukur yg salah kaprah.

Maka sudah selayaknya kita menempatkan kembali rasa syukur kita pada tempat yg tepat. Yaitu: kita mesti bersyukur ketika kita banyak mengerjakan kegiatan atau amal2 yg sholeh, yg menaikkan tingkat keimanan kita. Karena dengan demikian ni'mat sukses mendapatkan surga Jannatunnaim itu kian dekat, dengan izin Allah. Cara bersyukurnya adalah dengan terus meningkatkan intensitas ibadah kita, dzikir kita, hubungan kita dengan Allah swt. Sehingga kadar keimanan kita naik secara eksponensial.

Kita beribadah - kita bersyukur krn bisa ibadah - kita beribadah utk menunjukkan rasa syukur - kita bersyukur krn bisa ibadah -... dst.

Wallahu'alam bishawwab.

Rabu, 15 April 2015

Teman yang Terbaik

Teman yg baik bukan yg selalu menyanjung kita dan membenarkan seluruh perilaku kita.
Teman yg baik harusnya seperti cermin yg jujur mengatakan kepada kita bentuk rupa kita yg sebenarnya. 

Bahkan lebih dari itu, dia akan selalu menegur kita kalau kita salah. Dan memotivasi kita untuk selalu melakukan hal2 yg baik.
Dia juga jarang memuji kita kecuali kalau pujian itu bisa memberi efek positif pada kita dan tidak malah merusak kita. 

Allah memberikan kita kenikmatan yg luar biasa dengan memberikan teman2 terbaik bagi kita. Yaitu teman2 di lingkungan tarbiyah, harokah dakwah ini. 

Mereka selalu menyuruh kepada kebaikan. Setiap pekan mereka mengajak kita untuk berkumpul bersama mengkaji Al-Qur'an, As-Sunnah dan Al-Islam. 

Setiap hari kita diingatkan utk sholat jama'ah di mesjid, puasa wajib dan sunnah, dan berdzikir pagi dan petang. 

Mereka membangunkan kita di sepertiga malam supaya kita bisa Qiyamullail. Bahkan mereka memaksa kita utk tilawah Al-Qur'an minimal satu juz setiap hari.

Lebih2 lagi mereka mengancam kita dengan mengatakan bahwa kalau kita tidak membayar infaq maka kita tidak bisa masuk surga.

Tapi jangan khawatir, seluruh apa yg dilakukan teman yg baik itu, selalu ada sandarannya dalam Al-Qur'an dan Al-Hadist. 

Jadi memang sungguh teman2 tarbiyah kita dan jama'ah dakwah kita menjadi teman terbaik yg selalu mengupayakan agar kita bisa masuk surga. 

Nah, bukankah itu adalah ni'mat besar yg Allah berikan pada kita?

Tapi sayangnya masih ada orang2 yg menolak untuk ditemani oleh teman terbaik itu. Walaupun teman2 terbaik itu sudah sangat berdaya upaya untuk merangkulnya, ada saja orang2 yg menampik rangkulan itu. 

Subhanallah..., betapa meruginya kita jika tidak mau ditemani oleh mereka. Kalau kita menampik karunia dari Allah yg berupa "teman2 terbaik" yaitu jama'ah tarbiyah ini, bukankah itu bermakna kufur ni'mat terhadap Sang Pencipta yang Maha Baik yaitu Allah Subhana Wa ta'ala???

Naudzubillah min dzalik! 😰😰😰